Life is not fair, get used to it “Hidup emang tidak adil, jadi biasakanlah”. Itu salah satu kata kata om Bill Gates yang terkenal. Kalo saya sih secara rasional gak percaya, karena hidup ini selalu menjaga balance-nya atau keseimbangannya, buktinya abis malam ada siang, habis kenyang lapar lagi, dan berbagai macam contoh dualisme kehidupan yang lainnya.
Tapi kalo secara duniawi, kenyataannya memang yang kita lihat banyak terjadi secara terang terangan, dan ini pula yang saya dapatkan dari cerita teman. Teman ini mengeluh karena dia baru tahu kalo anak buahnya yang notabene orang baru yang masih dibawah depatemennya, gaji si anak ini lebih besar dari gajinya…., waahhh saya cukup kaget mendengarnya, lha kok bisa didunia expat yang menjunjung profesionalisme kok bisa bisanya kejadian kayak gitu? batin saya.
“Lucu banget neh, gue yang ngawasin kerjanya dia, dan beberapa departemen lain, eh ini anak bisa dapet segitu!”ujarnya. Pertama kali yang saya tanyakan adalah, darimana dia mendapat informasi valid seperti ini, dan ternyata memang informasi ini kemungkinan besar bisa dipercaya.
Akhirnya saya hanya menyarankan bahwa dia harus mulai mencari pekerjaan yang lain selain di perusahaan ini, karena bau bau politik sudah terasa, alias sebentar lagi dirinya akan kena korban PHK setelah kontrak abis, sambil menceritakan beberapa kejadian kejadian lain yang pernah terjadi sewaktu kita pernah bekerja di waktu sebelumnya, dan teman ini mengangguk mengerti.
Ditengah perjalanan cerita, sang teman banyak sekali mengeluhkan tentang kehidupan yang tidak adil seperti ini, semua bisa didasarkan oleh warna kulit, asal ras, kemampuan berbahasa lain selain inggris, dan banyak faktor lainnya. Ditengah tengah curhatnya yang cukup melelahkan untuk didengar akhirnya saya menyela dengan mengatakan kata seperti judul diatas “Hidup emang tidak adil, jadi biasakanlah” sang teman terhenti sejenak mendengar kata kata saya dan tetep aja ngelanjutin curhatnya (wadooohh).
Andaikata sang teman ini tidak larut dalam emosinya dan mendominaasi percakapan, saya ingin sekali menyadarkannya bahwa banyak sekali rekan seprofesi yang bekerja dalam posisi yang kurang beruntung daripada dia. Banyak orang yang menginginkan bisa bekerja di perusahaan multinasional yang lingkupnya juga global. Dengan gaji yang relatif prestisius dgn tunjangan dan fasilitas yang boleh dikatakan fantastis. Bahkan masih banyak orang yang hanya bermimpi untuk sekarang bisa bekerja dengan gaji yang sangat lebih dari cukup. Mengingat di jaman sekarang semakin susah mencari yang namanya “kerja”. Kerja yang saya maksud di sini adalah “kerja” yang penghasilannya layak dan sebanding sebagai upah yang memenuhi untuk sekedar ongkos biaya hidup sehari-hari.
Intinya kudu bersyukurlah. Nggak perlu terlalu banyak mengeluh dengan berbagai benturan permasalahan sehari-hari atau bahkan tekanan-tekanan yang menghambat karir kita. Harus “Ikhlas dan legowo” seperti itu yang biasa di nasehatkan orang tua saya.
Kita hidup di tuntut untuk menjadi single fighter. Meskipun dalam hal “umum” saya bukanlah seorang single lagi . Menjadi single fighter bukan berarti harus merasa sendiri. Justru merupakan proses perjuangan untuk melatih melupakan ego, percaya diri dan mensyukuri kemandirian yang telah dianugerahkan. Banyak hal yang harus dilewati untuk menjadi sukses karena kemandirian. Mulai dari jalan berbatu, berliku, bertemu dengan orang yang salah, merasakan jatuh, sebelum akhirnya menggenggam semua hasil jerih payah dan hasil kerja keras .
Arti single fighter buat saya??
Menjadi single fighter adalah melatih untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Meskipun terkadang tidak semua dapat kita atasi sendiri. Menjadi single fighter justru membuat saya merasa saya tak pernah sendiri. Mencapai destinasi sudah bukan yang terpenting. Perjuangan perjalanan itulah yang memberi makna. Saya belajar melupakan ego, lebih fleksibel, dan percaya bahwa semua ada yang mengatur. Eksistensi dan rasa percaya diri terbesar harus didasarkan atau bergantung pada TUHAN. Selain itu, keluarga dan teman-teman dekat juga menjadi sokongan untuk tetap eksis. Hmm… sebenarnya bergantung dengan sesama manusia itu perlu, tapi jangan sampai kecenderungan, karena ini bisa membuat terlena dan kita menjadi kurang mandiri.
Hidup itu pilihan. Semua orang diberi kesempatan untuk memilih. Hanya diri sendiri yang bisa menentukan, kemandirian itu mendingan diterapkan daripada disimpan saja. Pemain single fighter umumnya tau betul kekurangan dan kelebihannya dan akan mengkoreksi kesalahan untuk perbaikan ke depan. Sikap ini nggak dimiliki semua orang. Itu sebabnya menjadi single fighter adalah sebuah anugerah.
Bagian tersulit untuk tetap survive adalah ketika mengatur diri sendiri. Selain itu, kerendahan hati bagi saya juga penting. Jadi sebenarnya nggak ada yang perlu ‘terlalu’ dibanggakan ketika menerima sesuatu yang lebih dibandingkan orang lain. Toh, di mata TUHAN kedudukan kita sama saja. Yang jadi faktor pembeda adalah kualitas nilai diri kita. Ya, tentunya dengan menggunakan parameter “keimanan” sebagai alat ukurnya.
“Kita tak boleh hanya menjadi penonton isi dunia. Kita harus terlibat sepenuhnya dalam perjalanan “hidup” ini. Kita tak sekadar melihat pemandangan dari sudut pandang kita saja, berpindah dari satu kenyataan ke kenyataan yang lain, tetapi juga mengenal banyak personal dan berinteraksi dengan mereka untuk sekedar share dan belajar untuk merenungi bahwa setiap hal pasti punya makna dan arti.”
Hidup ini adalah perjalanan menuju kematian, suka tidak suka kita akan mati. Memang dunia bukanlah rumah, tetapi hanyalah ladang amal. Jalan yang lurus itu bukan dunia tapi harus akhirat oriented. “We life as a backpacker, We have taken several routes in this journey which other travelers would have most likely avoided”. Hidup adalah perjalanan, kita tak tahu kapan perjalanan hidup akan selesai. Saya pun tak tahu kapan petualangan “hidup” ini akan berakhir. Saya ingin terus berpetualang mengumpulkan bekal dan amalan-amalan ibadah sebelum maut mengantar saya untuk kembali ke sisi TUHAN.
Hidup ini adalah perjalanan menuju kematian, suka tidak suka kita akan mati.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.